Definisi, Kiri Sebagai sebuah Konsep Pemikiran

Bagaimana Definisi, Kiri Sebagai sebuah Konsep Pemikiran. Pergolakan dunia pemikiran seolah tidak pernah berakhir, terus terjadi proses reproduksi pemikiran, tesis akan dibantah oleh anti-tesis dan kemudian akan memunculkan sintesis, dan akan kembali pada siklus pertamanya, justru inilah keadaan yang masih normal, selalu ada progress dalam dunia pemikiran, dan jika terjadi pengekangan terhadap salah satu bentuk pemikiran, maka akan terjadi mandegnya suatu peradaban pemikiran. Maka kemudian harus diberikan ruang yang proporsional bagi perkembangan pemikiran kanan, dan pemikiran kira.

Kiri Sebagai sebuah Konsep Pemikiran

Istilah Kiri

“kiri” digunakan untuk membedakan pemikiran yang ada disebelahnya yakni kanan, kiri menjadi hal yang besar ketika dihadapkan dengan pemikiran mapan, hal ini dikarenaan kiri memiliki gagasan besar, menentang, melawan, dan sampai merusak kemapanan, kiri juga banyak memberikan pemikiran alternatif yang memunculkan ide-ide yang mendorong suatu perubahan.

Kiri merupakan setiap pemikiran dan gerakan sosial yang berusaha merekonstruksi situasi-situasi yang dipengaruhi oleh kekuatan dominan, kemapanan, otoritarianisme dan kapitalisme modern. Pemikiran kiri akan menjadi ketakutan yang berlebihan bila kiri disubtitusikan dengan kata marxisme, sosialisme, komunisme, serta symbol-simbol revolusi lainnya, bahkan dewasa ini kiri dianggap kebanyakan orang (Indonesia) sebagai gerakan penghidupan kembali komunisme atau semacamnya, sehingga kiri menjadi “hantu” yang sangat ditakuti oleh masyarakat.

Kita pernah mendengar kasus pembakaran literature, buku-buku kiri, ini adalah hasil dari reproduksi ketakutan yang berlebihan, sehingga menimbulkan aksi yang salah sasaran dan reaksioner. Sebagai suatu ideologi, kiri tidak bisa diserang dengan cara-cara demikian, suatu gagasan harus diserang menggunakan gagasan pula, bukan kemudian melakukan pembakaran literature yang tidak perlu. Frans magnis suseno memberikan komentar (epistemology kiri, listono santoso, 2015) bahwa tindakan membakar buku adalah suatu tindakan fisik untuk membungkam suatu pemikiran yang tidak bisa dilawan dengan pemikiran, hal ini biasa dilakukan dalam kekuasaan fasisme, atau nazisme. Fenomena tersebut di atas adalah gambaran bagaimana masyarakat kita masih memiliki konsep yang sangat keliru dalam mempersepsikan suatu gagasan “kiri”, selain itu juga menunjukkan kedangkalan pemahaman akan bentuk/model suatu pemikiran.

Ada semacam pemahaman dalam masyarakat yang keliru, bahwa hasil pemikiran yang berbeda dari arus utama “mainstream” dianggap sebagai pemikiran yang menyimpang. Kiri dianggap sebagai komunisme dan lain sebagainya. Padahal “kiri” adalah bentuk pemikiran yang progresif, menyoal dan melawan serta mengkritisi kemapanan kekuasaan otoriter, dan pemahaman yang otoritarian.

Dalam perspektif epistemologi, kiri digunakan untuk suatu pembacaan ulang terkait dengan situasi, pemahaman, pengetahuan yang telah dianggap sebagai kebenaran arus utama “mainstream”, pemahaman yang dominan cenderung akan dijadikan kebenaran satu-satunya, yang pada akhirnya akan menafikan kebenaran lain, setiap reproduksi kebenaran yang berbeda akan dianggap sebagai suatu kesalahan. Hal inilah yang akan menjadi masalah dikemudian hari, karena tidak ada ruang untuk mengkritisi suatu pengetahuan, jika dibiarkan akan menjadi masalah yang besar, karena dalam suatu ideology yang mapan (arus utama) biasanya terdapat kepentingangan-kepentingan ideologi yang bersembunyi dibelakangnya yang senantiasa memanipulasi kebenaran.

Arus utama akan memproduksi pemahaman-pemahaman atau teks-teks yang menguatkan ststus quo dan menghegemoni kelompok-kelompok lain di luar kelompok arus utama, yang kemudian akan terjadi stigmatisasi, dan setereotype negative pada kelompok tersebut. Dan pada akhirnya kelompok yang terhegemoni tidak mampu untuk keluar dari stereotype tersebut, sampai pada menghilangnya arus tersebut. Dominasi atas wacana kebenaran ini melahirkan stagnasi dalam progress pemikiran, dan praksis gerakan.

Kiri dan Pendidikan

Dalam dunia pendidikan sering kali juga terjadi proses dominasi wacana, wacana yang diproduksi oleh guru/professor akan menghegemoni siswa/mahasiswa, yang membuat kesadaran akan suatu kebenaran hanya ada satu, yaitu kebenaran yang direproduksi oleh guru/professor, dan parahnya kebenaran yang timbul dari orang lain akan dianggap menyeleweng dari kebenaran arus utama, dan selanjutnya kreatifitas dalam memunculkan wacana-wacana lain akan mati. Dan inilah yang diharapkan oleh arus utama, untuk melanggengkan “kekuasaanya”.

Dari sini dapat kita lihat betapa pentingnya konsep pemikiran “kiri” yang akan mengkritisi, menolak dan menghancurkan suatu teks yang direproduksi oleh arus utama, sehingga dapat membebaskan pikiran-pikiran masyarakat yang terhegemoni oleh teks kebenaran yang telah dimanipulasi oleh arus utama.

No comments for "Definisi, Kiri Sebagai sebuah Konsep Pemikiran"